Syukur Itu Sederhana
Sore ini ku tonton televisi, salurannya terus berganti tanda tak satupun acara yang menarik hati. Saking bosannya terhentilah pencarian saluran untuk ditonton, bukan karena tertarik tapi karena sudah lelah mencari. Aku menonton acara yang menyiarkan kehidupan orang yang kurang beruntung, aku ingin memasukan dalam klasifikasi miskin tapi, kurang sopan, karena aku pun tak punya harta berlebih, hanya sedikit lebih beruntung, sedikit. Sore itu, acara tersebut menyiarkan perjuangan seorang bapak yang umurnya sekitar lebih dari setengah abad, yang mencari nafkah dengan berjualan minuman. Beliau berjualan menggunakan gerobak dorong. Diacara tersebut si pemandu acara beserta tim melakukan semacam tes kepada si bapak tersebut, sebut saja pak barkah.
Tes pertama, tim acara ini menguji pak barkah dengan mendatangkan seorang gadis yang menjual baju seragam kepada pak barkah. Gadis itu menjual baju seragam dengan harga duapuluh ribu, pak barkah pun membeli seragam itu, tanpa menawar lagi dan beliau mengembalikan baju seragam itu kepada si gadis penjual, aku tak memperhatikan dialog pak barkah dengan si gadis itu mengenai alasan pak barkah membeli baju dagangan tetapi mengembalikannya pula. Pak barkah menanyai apa si gadis haus, si gadis mengangguk dan menjawab, iya haus, pak barkah mempersilakan si gadis mengambil minuman dagangan pak barkah, aku semakin tertarik memperhatikan.
Setelah si gadis penjual menerima minuman pak barkah, gadis tersebut pergi meninggalkan pak barkah. Pembawa acara yang sedari tadi berdiri di dekat gerobak jualan pak barkah sambil memesan makanan menghampiri pak barkah sembari bertanya tentang gadis tersebut, dan alasan pak barkah membantunya. Alasan pak barkah sungguh sederhana, beliau hanya ingin membantu orang yang sedang kesusahan, karena beliau tahu rasanya susah itu sangat tidak enak. Pak barkah ikhlas membantu si gadis tanpa takut kekurangan penghasilannya. Beliau bilang, rezeki sudah ada yang atur, kadang ada juga yang membeli dagangan saya dan uangnya tidak ingin dikembalikan.
Mataku berkaca-kaca, aku yang paling tidak menyukai acara yang mempertontonkan kehidupan orang-orang yang kurang beruntung, karena menurutku, ngapain ditonton harusnya tuh dibantu, itu prinsipku, tapi tayangan tersebut membuatku sangat tersentuh, beliau yang penghasilannya tidak seberapa tapi tidak berfikir panjang membantu orang susah. Aku sangat bersyukur hari ini karena ada dirumah dan menyaksikan acara ini, karena dengan kejadian ini, aku merasa tenang, bahwa masih banyak orang baik dan tulus diluar sana, membantu tanpa pamrih. Masih tersisa orang-orang dijalan yang rela membantu orang lain tak dikenal. Mungkin sekarang aku tak memerlukan bantuan, tapi entah kapan posisiku bisa berbalik. Aku hanya bisa mendoakan, semoga orang-orang mulia seperti pak barkah tetap istiqomah dijalanNya.
Komentar
Posting Komentar